Serpong, BidikTangsel.com – Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) harus bertindak tegas dalam menertibkan penggunaan dan pemanfaatan situ- situ yang ada di wilayah Kota Tangsel.
Hal itu diungkapkan oleh Uten Sutendy, budayawan dan Presiden Tangsel Club dalam diskusi terbatas menyambut Hari Lungkungan Hudup se Dunia di sebuah rumah makan Kota Tangsel, di Serpong Jumat (3/5-2022)
Uten mengatakan, Pemkot dan warga Tangsel harus bersyukur karena Tangsel adalah salah satu kota di dunia yang dianugerahi banyak situ yang menampung air baku sebagai sumber kehidupan bagi semua warga.
“Juga berfungsi sebagai pusat kreativitas budaya dan juga sebagai penahan banjir, ” tegas Uten.
Menurutnya, jika situ- situ itu benar- benar dirawat, akan sangat besar dampaknya bagi perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan juga bagi kualitas kehidupan warga. Jadi tempat rekreasi dan pusat kegiatan seni-budaya yang “iconic.”
“Jangankan kita bisa membuat situ- situ itu berkembang menjadi pusat aneka kreativitas positif warga, sebagian situ yang ada malah sudah hilang. Bahkan yang ada pun terkesan dan cenderung salah urus, salah fungsi,” ujar Uten lagi.
Namun, dalam pengamatannya, Pemkot nampaknya kurang mensyukuri keberadaan situ. Terlihat belakangan kian banyak situ yang hilang fungsi karena tak dirawat dengan semestinya.
Uten menyebut beberapa situ diantaranya Situ Perigi, Situ Gintung, Situ Pamulang, Situ Jeuletreung dua, dan beberapa lagi yang lainnya, yang masih bagus. Namun sayangnya situ sutu itu lebih banyak diisi dan diramaikan oleh para pedagang kecil dan kegiatan keramaian lain yang sama sekali tak terkonsep.
“Kesannya kurang agak “liar” ya, terkesan pembiaran,” tegas Uten.
Menurutnya hal itu mungkin karena pemerintah masih miskin atau kurang memiliki konsep dalam pengelolaan situ dan cendrung mengabaikan ide-ide konseptual dan kreatif yang ditawarkan oleh para penggiat lingkungan dan para budayawan-seniman.
“Menurut saya pemerintah harus bertanggungjawab. Bukan sebatas membangun infstruktur lalu merasa sudah selesai tugas. Belum…! Justru tanggungjawab dan tugas paling besar adalah bagaimana caranya agar situ- situ itu tetap lestari dan indah. dengan cara mengakomodir para penggiat lingkungan, seniman dan budayawan. Merekalah yang harus mengisi ruang-ruang yang tersedia di sekitar situ, karena mereka memiliki kecintaan dan kepedulian kepada situ, plus punya konsep. Bukan malah membiarkan pihak lain seenaknya saja memanfaatkan situ tanpa rasa cinta dan peduli. Jadi harus tegas, jangan ada pembiaran.” ujar Uten lagi. (*)
